PartaiQQ dulu sekali saya termasuk orang yang memfollow akun
medsos Anies Baswedan selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Jadi, sama
sekali tak ada prasangka buruk apalagi kebencian dalam hati saya tentang Anies
Baswedan. Saya bahkan sempat tersentuh dengan program mengantar anak di hari
pertama masuk sekolah yang digagas oleh Anies.
Baca Juga :
Saat Anies direshuffle dari jabatannya di Kabinet
Kerja oleh Presiden Jokowi, saya termasuk salah satu orang yang tak menyangka
dengan keputusan tersebut. Saya sempat menuliskan kekagetan saya di medsos poker online.
Tak perlu butuh waktu lama untuk menyadari bahwa
selama ini ternyata saya sudah terbuai kata-kata manis yang keluar dari mulut
Anies. Anies juga tak bisa berlama-lama menyembunyikan sifat aslinya yang
sangat mengerikan.
Dari situlah saya langsung meng-unfollow Anies.
Kesimpulan saya, Anies adalah sosok ambisius yang tak tahu diri. Kemampuan tak
ada tapi sombong merasa bisa.
PartaiQQ - Sikap tak tahu diri inilah yang akhirnya menyeret
Anies masuk dalam gerombolan orang-orang jahat yang tega mengorbankan
kepentingan bangsa dan negara untuk memuaskan kepentingan pribadi dan golongan.
Dengan segala cara Anies berusaha menyingkirkan
Ahok, anjing galak penjaga uang rakyat DKI yang sudah terbukti unggul jauh di
atas Anies dalam segala hal. Baik dari segi ide, gagasan, perencanaan, cara
kerja dan prestasi.
Tragisnya, Anies berhasil “membunuh” Ahok. Didukung
JKT58, Anies-Sandi dengan bangganya mempertontonkan kekejian politik SARA untuk
menyingkirkan Ahok.
Ketidaksukaan saya pada Anies semakin memuncak saat
menyaksikan keberadaan DKI Jakarta selaku Ibu Kota RI jadi semakin mundur dan
semrawut di bawah kepemimpinan Anies. Di mata saya, Anies tak punya skala
prioritas dalam bekerja. Anies tak becus kerja. Itu fakta poker online.
Anies jago menata kata, bukan menata kota. Apa yang
sudah dibangun dan diperjuangkan Ahok dengan sangat baik jadi berantakan
sekarang. Itulah “prestasi” Gubernur Seiman kebanggaan JKT58.
Dengan segala sifat buruknya Anies memimpin Jakarta.
Anies bahkan tak ragu berbohong di depan layar televisi yang disiarkan secara
langsung ke seluruh penjuru Indonesia. Saya pernah menuliskannya dalam sebuah
artikel. Berikut ini link artikel terkait.
Ketidaksukaan saya pada Anies akhirnya berujung pada
kemuakan dan kejijikan. Begini penjelasannya.
Jika baru-baru ini kita dihebohkan oleh
perusuh-perusuh negara dalam Aksi 22 Mei di depan Gedung KPU dan Kantor
Bawaslu, saya membaca ada “keterlibatan” Anies dalam acara jahat itu.
Sekarang mari kita renungkan bersama. Bagaimana bisa
Anies tega meninggalkan Jakarta dan bertolak ke Jepang di saat Anies sudah tahu
bahwa Jakarta berpotensi rusuh di tanggal-tanggal itu, sehubungan dengan
kelakuan Prabowo dan gerombolannya yang tak bisa menerima kekalahan di Pilpres
2019.
Siapapun yang waras pasti mampu menilai bahwa
kelakuan Prabowo yang kalap menganggap semua yang terlibat di Pilpres 2019
curang kecuali kubu 02 adalah tindakan tidak sportif yang sangat tak terpuji.
Sementara Anies sendiri adalah saksi hidup betapa
gagahnya Ahok-Djarot yang langsung mengucapkan selamat pada pasangan
Anies-Sandi yang sudah dinyatakan menang versi quick count di Pilgub 2017.
Dengan berbesar hati dan lapang dada Ahok mengakui
kekalahannya tanpa banyak alasan. Padahal faktanya saat itu Ahok bukan saja
dikalahkan. Ahok “dibunuh” oleh Anies-Sandi. Jadi kategorinya bukan cuma
curang, tapi jahat.
Ahok bahkan mengajak kita semua untuk menghormati
Anies selaku gubernur terpilih. Semuanya Ahok lakukan demi keutuhan bangsa.
Ahok rela mengorbankan kepentingan pribadinya untuk kepentingan negara.
Dengan pengalaman diperlakukan seperti itu oleh
Ahok, Anies seharusnya tahu bahwa kelakuan Prabowo yang tak bisa menerima
kekalahan di Pilpres 2019 adalah kelakuan pecundang perusuh negara.
Kalap menuduh semua pihak curang tapi tak bisa
menunjukkan bukti di mana letak kecurangan yang dimaksud, jelas tindakan licik
yang tega dilakukan orang-orang jahat dengan tujuan ingin mengacaukan keadaan.
Dari sini Anies seharusnya sadar bahwa Jakarta
sedang diincar ketenangannya oleh kaum perusuh dan pengacau. Lucunya, Anies
justru meninggalkan Jakarta dan bertolak ke Jepang persis di tanggal potensi
kerusuhan itu terjadi.
Tak tahukah Anies jika Jakarta berpotensi rusuh saat
dia pergi??? Bohong besar jika Anies mengatakan tak punya feeling kerusuhan
bakal terjadi di Jakarta sehubungan dengan pengumuman KPU tentang rekapitulasi
Pemilu 2019.
Anies tahu persis tentang potensi kerusuhan itu.
Buktinya Anies sudah mengantisipasinya dengan memberi intruksi kepada seluruh
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang tersebar di seluruh kawasan Ibu Kota, untuk
siaga menampung jatuhnya korban. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta
menuangkannya dalam intruksi Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti di dalam
surat surat edaran nomor 52/SE/2019.
Luar biasa sekali kan tindakan Anies ini. Ibarat
pemilik rumah, Anies sudah tahu kapan rumahnya bakalan disatroni penjahat.
Pemilik rumah yang waras pasti membatalkan seluruh agenda kerjanya di luar
rumah sepenting apapun itu, demi menjaga dan memastikan keamanan rumah dan
seisi rumahnya tetap terjamin.
Dalam keadaan yang seperti itu, pemilik rumah yang
benar-benar merasa memiliki rumahnya takkan pernah mau menitipkan kunci
rumahnya pada orang lain, lalu melenggang meninggalkan rumahnya sendiri
sepenting apapun alasannya.
Keselamatan dan keamanan rumah jelas jadi prioritas
utama situs bandarq.
Tapi ternyata pengecualian buat Anies. Anies selaku
pemilik rumah justru menghubungi rumah sakit untuk mengurus biaya pengobatan
jika nanti perusuh-perusuh itu mendatangi rumah sakit gara-gara babak belur
bahkan mati saat berhadapan dengan aparat keamanan yang sedang menjaga rumah
Anies.
Luar biasa sekali kan tindakan Gubernur Seiman
pilihan JKT58 ini.
Ditambah lagi, saat bentrokan dan jatuhnya korban
benar-benar terjadi, saat pulang ke Jakarta, Anies justru menunjukkan
simpatinya pada gerombolan perusuh yang sudah merusak rumahnya sendiri.
Anies membesuk para pengacau yang meninggal dan
luka-luka gara-gara bentrok dengan TNI Polri yang sedang mengamankan rumah
Anies. Anies bahkan mengirimkan karangan bunga buat korban meninggal yang
menghancurkan rumahnya sendiri.
Perusak rumahnya kok malah dibiayai dan
diperhatikan oleh Anies???
Wajar atau tidak tindakan Anies yang seperti itu???
Bukannya marah saat melihat rumahnya dihancurkan gerombolan perusuh, Anies
justru bersimpati pada kaum perusuh yang merusak rumahnya.
Kejadian yang sangat bertolak belakang dengan yang
dilakukan Bu Risma dan Ahok. Saat kota mereka dirusak tangan-tangan yang tak
bertanggung jawab, Bu Risma dan Ahok marah besar tak terima.
Tanpa bermaksud menuduh, tak bisakan kita membaca
ada persekongkolan di sini? Atau adakah udang di balik batu yang sedang diincar
Anies???
Atas keanehan ini, saya mohon DPRD DKI Jakarta
mengusut tindakan Anies yang sangat tidak wajar ini. Sebab arahnya jadi ke
pembahasan berikut ini.
Semua kerusakan yang terjadi di Jakarta jelas akan
diperbaiki. Dan perbaikan itu pasti berhubungan dengan yang namanya anggaran.
Amat sangat aneh jika pemilik rumah yang dirusak penjahat bukannya
mencak-mencak marah, tapi malah bersimpati pada orang-orang yang merusak
rumahnya. Ada apakah gerangan???
Akankah Anies berpesta pora lagi dengan anggaran
perbaikan fasilitas DKI Jakarta yang dirusak kaum perusuh bangsa itu??? Dari
semua yang sudah saya jabarkan di atas, sangat jelas terlihat “keterlibatan”
Anies Baswedan dalam Aksi 22 Mei ini. Makmur pejabatnya, merana warganya.
BBM :partaiqq | LINE :partaiqq | WECHAT : partaiqq | WA : +855963535066

No comments:
Post a Comment