Monday, May 27, 2019

TOMMY SOEHARTO DANAI KERUSUHAN JAKARTA?



BandarQ Membaca tulisannya mas Alif soal konspirasi kubu 02 hingga pecahnya kerusuhan secara sporadis yang menelan korban jiwa di Jakarta pada tanggal 22 Mei 2019 membuat saya tidak habis pikir sepak terjangnya Tommy Soeharto putra kesayangan koruptor nomor wahid di dunia dan juga pembunuh berdarah dingin yang menghabisi nyawa Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita dulu.


Baca Juga :


Global Transparency Report 2004 merilis bahwa the Smilling Murder Presiden Soeharto adalah pemimpin yang terkorup di dunia.

Selama menjajah Indonesia 32 tahun lamanya Presiden terkorup di dunia yang bernama Soeharto itu telah merampok uang negara sebanyak US$ 15 miliar hingga US$ 35 miliar di negara yang GDP-nya minus kurang dari US$ 700 per kapita.

Ada banyak kepentingan yang bermain dalam konstelasi pilpres 2019 ini, salah satunya permainan Cendana untuk mengembalikan kejayaan nama besar Soeharto dan mengamankan aset-aset kekayaan hasil jarahan Presiden Soeharto sepanjang era Orde Baru 32 tahun lamanya itu.

Info yang didapat mas Alif dari informan A1, berangkatnya Prabowo Subianto bersama 12 orang kroni-kroninya itu ke Brunei Darrusalam ada hubungannya benang merah dengan aksi kerusuhan yang terjadi secara sporadis pada tanggal 22 Mei 2019 yang meluluhlantakkan sebagian wilayah DKI Jakarta.

Mereka berangkat ke Brunei Darussalam dengan menggunakan pesawat jet pribadi untuk mengambil uang tunai milik Tomi yang akan digunakan untuk memobilisasi massa serta membiayai semua kebutuhan logistik untuk eksekusi di lapangan pada hari H 22 Mei 2019.

Poker Online Terpercaya Untuk menggagalkan Presiden Jokowi menjadi Presiden lagi di periode yang kedua, mereka melakukan konspirasi dan permufakatan jahat dengan merancang kerusuhan pada tanggal 22 Mei 2019.

Proposal untuk menciptakan kerusuhan 22 Mei 2019 itu didesain oleh Rizieq Shihab dalam bentuk Proposal, disetujui dan ditandatangani oleh Prabowo Subianto, dan didanai oleh Tomi.

Pasca penghitungan hasil Pilpres, kubu 02 ingin menciptakan kerusuhan seperti yang terjadi pada tahun 1998 yang silam. Dengan demikian maka diharapkan Presiden Jokowi akan batal dilantik karena terjadinya kerusuhan besar dalam skala nasional.

Setidaknya ada 3 Mayjen dan satu Letkol yang terlibat langsung dalam desain kerusuhan ini. Tujuan besar pendanaan Tomi melakukan konspirasi jahat itu tentu saja untuk mengembalikan kejayaan Cendana melalui tangan Prabowo Subianto.

PartaiQQ Ada beberapa skenario kerusuhan yang mereka rancang, antara lain hoax makanan beracun, mendramatisasi penangkapan sebagai korban kriminalisasi, memainkan narasi penembakan oleh aparat keamanan dengan menyelundupkan senjata-senjata tanpa registrasi ex GAM dari Aceh ke Jakarta.

Lalu akan ada yang dikorbankan menjadi korban penembakan dalan kerusuhan 22 Mei 2019 dimana aparat keamanan sebagai pihak yang tertuduh. Mereka juga telah menyiapkan dengan matang video penembakan yang rencananya akan dishare secara masif di seluruh jaringan sosial media yang ada untuk memprovokasi massa.

Skenario jahat selanjutnya yaitu massa demonstran akan diarahkan oleh Korlap (Koordinator Lapangan) masing-masing untuk melakukan penjarahan di pusat-pusat perbelanjaan. Sasaran yang terdekat adalah Sarinah, KPU dan Bawaslu. Kemudian kerusuhan akan diperluas agar merembet ke pinggiran daerah Pulit dan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Massa bayaran selanjutnya akan diarahkan untuk melakukan pembakaran rumah-rumah Duta Besar negara sahabat di sepanjang jalan Diponegoro dan rumah Dubes Australia di dekat Taman Suropati.

Dana yang disiapkan tentu saja tidak sedikit karena Tomi tentu saja punya kepentingan besar yang ingon diraih yaitu mengembalikan masa emas kejayaan bapaknya di era Orde Baru.

Dengan uang hasil jarahan bapaknya itu dia juga membentuk partai politik sebagai partai tandingan dengan satu tujuan besar, yaitu memecah suara pilpres agar ada celah buat kemenangan Prabowo Subianto dalam Pemilu 2019 ini.

Namun Tomi lupa bahwa rakyat trauma dan tidak akan lupa sepanjang hayat masih dikandung badan bahwa bapaknya itu naik tahta kursi orang nomor satu di negara ini dengan berbagai kekerasan-kekerasan yang keji dan merawat kekuasaannya dengan cara-cara otoriter dan tangan besi selama 32 tahun lamanya.

Sepanjang era rezim Soeharto, korupsi dilakukan secara gila-gilaan, terstruktur, masif, dan sistematis. Presiden Soeharto menjarah kekayaan bangsa ini melalui topeng yayasan-yayasan yang didirikan oleh keluarga Cendana.

Yayasan-yayasan inilah yang dipakai oleh the Smilling Murder itu sebagai sumber pendanaan untuk menopang kekuasaannya itu selama puluhan tahun lamanya dan juga sebagai suntikan dana segar terhadap bisnis-bisnis yang dijalankan oleh anak-anaknya serta para kroni-kroninya.

Pada bulan Agustus 2000, the Smilling Murder Soeharto divonis Jaksa Agung melakukan penggelapan dana sebesar US$ 571 juta dari tujuh yayasan yang dipimpinnya selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Keluarga Cendana diwajibkan untuk membayar ganti rugi senilai Rp 4,4 triliun kepada negara.

Selain itu Hakim Syafiuddin Kartasasmita menjatuhkan hukuman 18 bulan penjara serta denda Rp 30,6 miliar kepada Tomi dalam kasus korupsi dalam tukar guling antara PT Goro Batara Sakti (GBS) dan Bulog, yang melibatkan Tomi dan Ricardo Gelael.

Vonis inilah yang membuat Tomi berang sehingga Hakim Syafiuddin Kartasasmita kehilangan nyawanya dieksekusi Tomi dengan sadis. Hakim Syafiuddin dihabisi nyawanya dengan beberapa lubang tembakan yang bersarang di dada dan kepalanya setelah

Dokumen diplomatik dari Kedubes Amerika Serikat di Jakarta yang dirilis oleh Arsip Keamanan Nasional George Washington University pada tahun 2017 silam juga merilis bahwa selama kepemimpinan Presiden Soeharto, the Smilling Murder itu kerap melakukan represi yang berujung pada pembunuhan massal di beberapa provinsi di Indonesia.

Presiden Soeharto juga mencaplok Timor Leste dimana selama masa invasi Soeharto di wilayah sebelah timur bumi Lorosae itu jumlah korban warga yang dihabisi militer Orde Baru tembus mencapai hingga 200.000 jiwa.

Itu belum termasuk dengan konflik berdarah di Papua. Sejarah mencatat lebih dari 15 ribu orang Papua tewas meregang nyawa dalam operasi-operasi militer yang dilakukan di bawah kendali tangan besi Orde Baru.

Tulisan mas Alif adalah tulisan valid dan terpercaya yang sumbernya A1 soal dana Tomi yang akan digunakan untuk menciptakan kerusuhan massal di Jakarta pada tanggal 22 Mei 2019.

Faktor lainnya sejarah mencatat bahwa kekejaman keluarga Cendana sudah mendarah daging dengan banjir darah adalah fakta sahih yang tak terbantahkan. Jadi pendanaan itu bukan hal yang mustahil karena sudah menjadi tabiat Cendana yang sudah mendarah daging. Saya tidak heran lagi.

Bangsa ini sudah babak belur selama 32 tahun lamanya oleh keluarga Cendana, kini mereka mencoba bangkit kembali dari liang kubur setelah terpuruk selama ini dengan membiayai kerusuhan 22 Mei 2019 dari uang haram hasil rampok uang rakyat di era Orde Baru demi bangkitnya kejayaan pembunuh berdarah dingin the Smilling Murder itu.

Masih pantaskah serigala berbulu domba yang bersarang di Cendana itu mendapat tempat di hati rakyat? Hanya rakyat yang tolol, dungu, naif, dan buta hati nuraninya yang mudah percaya dan terbius dengan mulut manisnya Prabowo Subianto, Titiek Soeharto dan sang putra mahkota Cendana yang bernama Tomi itu.

NKRI harga mati.

BBM :partaiqq LINE :partaiqq WECHAT : partaiqq WA : +855963535066


No comments:

Post a Comment